Skip to main content

travel for food...travel for iman....

Ketika badan sakit, makanan selezat apapun tidak akan terasa di mulut dan lidah, demikian juga apabila hati yang sakit (bahkan hati yang mati), tidak akan merasakan manisnya iman yaitu kebahagiaan dan ketenangan sejati di dunia-akhirat.
Hal ini sejalan dengan ucapan Malik bin Dinar. Beliau berkata, إن البدن إذا سقم لا ينجع فيه طعام ولا شراب ، وكذلك القلب إذا علق حب الدنيا لم ينجع فيه المواعظ “Sesungguhnya badan apabila terkena penyakit maka akan sulit untuk menelan makanan dan minuman, demikian pula hati apabila telah tertutup dengan kecintaan kepada dunia, maka akan sulit menerima nasihat.” [Sifatus Shafwah 2/172] Ada yang mengatakan: “Sungguh rugi, sudah datang ke kota A, tapi tidak merasakan lezatnya makanan khas kota A” Demikian juga manusia yang hidup di dunia ini, sangat merugi apabila tidak pernah merasakan yang namanya manisnya iman selama hidup di dunia. Iman itu memilki rasa manis dan manusia bisa merasakannya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ “Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) Barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) Apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.” [HR. Bukhari & Muslim] Manisnya iman itulah surga dunia, barang siapa di dunia tidak pernah merasakan manisnya iman, maka di akhirat tidak mendapatkan kebahagiaan berupa surga di akhirat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, أن في الدنيا جنة من لم يدخلها لا يدخل جنة الآخرة “Sesungguhnya di dunia ada surga, barangsiapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan masuk surga di akhirat” [Al-wabilush shayyib hal 48, Darul Hadits] Perhatikan bagaimana surga dunia berupa manisnya iman di hari para ulama. Mereka berkata, لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ “Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang.” [Rawai’ut Tafsir Ibnu Rajab 2/134, Darul ‘Ashimah].... Inilah janji Allah bagi mereka yang beramal shalih, akan diberikan kehidupan yang baik dengan manisnya iman.... Allah berfirman, مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٩٧) “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl : 97). Allah juga berfirman, قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS Yunus : 58). Baca selengkapnya https://muslim.or.id/45299-sakit-badan-tidak-merasakan-lezatnya-makanan-penyakit-hati-juga-demikian.html

Comments

Popular posts from this blog

hidup ini musafir

kadang letih menyapa diri... lelah yang menjalar... menusuk ke hati... dan langkah semakin longlai mendaki... sebuah perjalanan yang tiada henti... kian di atas makin beronak duri... yang melingkari... dengan bekalan yang masih sedikit... muhasabh diri...usah biar masa berlalu... dengan kesalan dalam rindu... pada semalam yang dimakan waktu...

relakan yang bukan takdirmu

Antara Dakwah & Ibubpa ...vol2

Konklusinya .... Dakwah dan ibubapa manakah yang perlu didahului? Memberi ketaatan kepada jemaah dan ketaatan kepada ibubapa… masing-masing mempunyai hujah dan dalil kewajipannya..tetapi ingatlah: Tidak boleh menderhakai ibubapa kerana dakwah… Tetapi Tidak boleh juga meninggalkan  dakwah kerana ibubapa….. Dalam Islam.. Jihad adalah suatu yang sangat mulia…Terlalu banyak petunjuk dari al-Quran yang menunjukkan kemuliaan orang yang berjihad..Namun begitu …keizinan daripada ibubapa tetap diperlukan.. Setiap kader dakwah perlu bijak.. jadilah seperti aliran air yang mengalir.. walaupun dihalang dan disekat ia tetap mampu mengalir mengikut ruang yang ada.. Ibubapalah segala-galanya bagi kita..berbaktilah kepada mereka…sementara kita diberi kesempatan untuk bersama mereka ini… Semoga sedikit penjelasan ini dapat memberi pencerahan kepada “abna’ul harakah” yang sedang berjalan di jalan dakwah… Jangan dengan sedikit ujian yang diberikan kepada kita.. menjadi sebab untuk kita berpisah dari